Berubah itu gampang, yang susah adalah mempertahankan perubahan itu sendiri.

 Berubah itu bukan sekedar mengganti suatu keadaan, bentuk atau niat tertentu. Namun berubah itu mengganti suatu keadaan dengan proses, aturan, kesabaran dan kerja keras yang panjang. Seperti halnya  ulat yang berubah menjadi kupu-kupu atau biji yang berubah menjadi pohon yang besar dan kokoh.

Begitupun dengan berubahnya hidup seseorang. Ia tidak bisa merubah dirinya yang tadinya biasa-biasa saja seketika menjadi luar biasa. Semua perlu tahap, seleksi dan ujian. Seperti halnya seorang sarjana, ia harus melalui tahapan belajar sekolah dasar, sekolah menengah pertama hingga menengah atas.

Begitupun dengan kita. Yang mengaku tidak tahu apa-apa, maka dengan proses belajar yang benar kita jadi bisa tahu segala hal.

Ada beberapa faktor yang membuat seseorang memutuskan untuk berubah. Bisa karena visi hidupnya yang berubah atau karena ia sudah bosan menjalani kehidupan yang itu-itu saja. Maka berubah bisa menjadi pilihan untuk kembali memulai hidup baru dan lebih bermakna.

Siapa sangka jika ternyata merubah kehidupan bisa merubah takdir seseorang. Ada begitu banyak contoh orang-orang yang terlahir di kehidupan sederhana, tidak memiliki apa-apa, bahkan serba kekurangan namun mereka bisa bertahan bahkan menjadi orang yang berhasil di masa depan.

Bukankah itu semua terjadi karena tekad dan kerja keras seseorang dalam merubah hidupnya?

Sebagian orang berpikir jika takdir itu sudah ditetapkan. Padahal takdir itu dibagi menjadi dua, takdir yang bisa berubah karena keputusan yang masih tergantung dan dipengaruhi oleh doa dan perbuatan manusia (Takdir Muallaq). Dan takdir yang tidak bisa kita rubah dengan doa karena sudah keputusan Allah yang pasti (Takdir Mubram). Takdir yang tidak bisa dirubah contohnya adalah kematian dan hari kiamat sedangkan takdir yang bisa dirubah contohnya adalah kepandaian seseorang.

Jadi segala sesuatu yang bisa kita doakan dan usahakan seperti halnya harta dan ilmu, bisa menjadi kesempatan bagi siapa saja yang ingin mendapatkannya. Maka ketika kita ingin menjadi seseorang yang paham ilmu agama, dicintai Allah, kemudian sukses dunia dan akhirat, berarti  kita pun harus terus belajar dan mempraktekan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Ibadah tidak hanya sekedar menuntaskan kewajiban, melainkan ibadah sebagai perantara kita untuk lebih dekat dengan Allah swt. Sehingga kita bisa lebih mudah untuk menjalani kehidupan. Dan berubahlah karena Allah dan juga Rasul-Nya, sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi saw.

Rasulullah saw telah menjelaskan dalam sabdanya. “…barangsiapa yang berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya. Maka hijrahnya untuk Allah dan Rasul-Nya. Sebaliknya, barang siapa berhijrah karena niat duniawi yang ingin diperoleh atau karena perempuan yang ingin dinikahinya, maka ganjarannya sekedar apa yang diniatkan dalam hijrahnya”

Maka dari itu, niat juga menjadi salah satu hal yang penting ketika kita ingin berubah dan berhijrah. Karena sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang ada di dalam hati dan pikiran hambanya. Karena untuk apa kita mencari harta dan memperbanyak ilmu jika bukan karena Allah. Sedangkan Allah lah yang memiliki rezeki dan ilmu tersebut. Kaya dan berilmu tanpa dibarengi dengan keimanan hanya akan merusak diri kita di hadapan Allah swt.

Jangan tunggu waktu berubah sampai kita merasa sudah siap, tapi bersiaplah untuk memulai perubahan itu. Karena kematian pun tidak pernah mempertanyakan kesiapan kita untuk kembali pada-Nya.

Karena tidak semua orang bisa merasakan getaran dalam jiawanya untuk kembali kepada Allah. Maka bersyukurlah ketika kita masih diberi teguran, ujian atau peristiwa yang mengingatkan kita untuk berubah. Karena sesungguhnya itu adalah hidayah dan petunjuk bagi kita.

Jika ternyata takdir Allah lebih dulu memanggil kita saat kita sedang berhijrah, insyaAllah Allah akan mencatat setiap kebaikan dan niat kita untuk kembali pada-Nya.


“…Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia” (QS Ar-Ra’d ayat 11)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAHAMI PERMASALAHAN MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH, WAKAF DI INDONESIA

PRAKTIK JUAL BELI BUKU BAJAKAN DI MARKETPLACE LAZADA MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

MEDIASI DALAM HUKUM SYARIAH