PROLOG

 

Kata orang, jatuh cinta paling dekat dan menyenangkan adalah jatuh cinta pada teman atau sahabat sendiri. Tapi bagiku, jatuh cinta paling dekat adalah jatuh cinta yang paling beresiko. Beresiko tak terbalas atau beresiko terpisahkan sebelum  bisa dipersatukan.

Kita memang tidak bisa memilih kepada siapa perasaan itu hadir, tumbuh dan menetap. Jadi lebih baik, kita biarkan saja rasa itu mengalir dengan sendirinya, berkelana mencari satu persatu tempat singgah untuk membagi lelah. Hingga saatnya kita benar-benar dipertemukan dengan titik terakhir yang kita sebut sebagai rumah.

Meskipun setiap persinggahan yang ditemukan jaraknya selalu dekat. Tak perlu dicari, dia selalu ada di satu sisi dan tak pernah pergi. Dia itu… bisa jadi sahabat kita sendiri.

Situasi ini memaksa kita memutuskan banyak pilihan. Seperti memendam atau mengungkapkan, memilih persahabatan atau perasaan, memilih menetap tapi tersiksa atau justru membiarkan dia pergi dan tak pernah kembali. Semua tergantung dari bagaimana cara kita menyikapi. Karena apapun yang terjadi nanti, hati tetap tidak memiliki asuransi. Sekalinya patah, ia akan meninggalkan bekas luka, kecewa dan juga trauma.

Jadi, hati-hati soal hati, ya… :)

Dalam naskah ini, penulis tidak berniat menyinggung atau menyudutkan suatu pihak/tokoh dalam cerita. Penulis hanya ingin mengabadikan tulisan menurut sudut pandang penulis.

Penulis berharap teman-teman pembaca bisa mengambil pelajaran dan pesan yang disampaikan.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAHAMI PERMASALAHAN MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH, WAKAF DI INDONESIA

PRAKTIK JUAL BELI BUKU BAJAKAN DI MARKETPLACE LAZADA MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

MEDIASI DALAM HUKUM SYARIAH