Menjadi seorang Perempuan itu tidak mudah.

 Kita semua tahu bahwasannya seorang perempuan itu lebih dominan atau lebih condong menggunakan perasaannya ketimbang pemikirannya. Karena perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk sebelah kiri dekat ke hati karena posisinya untuk dicintai dan dihormati (Ustad Hilman Fauzi).

Perempuan tercipta dari tulang rusuk yang bengkok. Tulang yang bengkok itu jika dipaksakan lurus maka akan patah, jika dibiarkan maka akan terus bengkok. Maka yang perlu dilakukan adalah mengarahkan dan membimbing dengan kelemah lembutan.

Perempuan itu juga penuh dengan kasih sayang, makanya Allah swt menitipkan rahim kepada seorang perempuan. Karena seorang perempuan dipercaya bisa menjaga dan menyayangi anak-anaknya.

Tapi kenapa? Saat ini banyak sekali perempuan yang merasa dirinya tersakiti, tidak dihargai, bahkan naudzubillah sampai dilecehkan oleh laki-laki yang tidak bertanggung jawab. Padahal Allah swt dan Rasulnya sangat memuliakan seorang perempuan. Bahkan di negera kita sudah ada kesetaraan gender, serta perlindungan anak dan juga perempuan.

Lalu apa yang sebenarnya salah dari seorang perempuan?

Jika pada dasarnya perempuan itu lebih dominan menggunakan perasaannya, maka yang perlu kita periksa atau yang perlu kita tinjau dari seorang perempuan adalah bagaimana cara ia menggunakan hatinya. Karena hati itu bisa menjadi alat dan kekuatan bagaimana seorang perempuan berperilaku. Jika hatinya baik, maka insya Allah apa yang dilakukan dan diucapkannya pun ikut baik. Tapi jika hatinya telah rusak, cidera, bahkan patah, maka apa yang diperbuatnya merupakan cerminan dari perasaannya.

Ada pepatah yang mengatakan jika seorang perempuan itu layaknya sebuah cermin, kalau cermin itu pecah maka kemungkinan masih bisa disusun kembali namun akan sulit mengembalikan bayangan yang sama lagi.

Jadi, hati-hati soal hati.

Perasaannya yang lembut dan rapuh itu terkadang bisa dimanfaatkan oleh sebagian orang, khususnya kaum laki-laki. Terutama laki-laki yang senang memuji-muji keindahan perempuan dengan merayunya, berusaha untuk menjaga, melindungi, menyayangi dan bertanggung jawab.

Perempuan yang merasa dirinya butuh diperhatikan, dijaga, dikasihi, pasti akan mudah luluh dengan tindakan si laki-laki tersebut. Tetapi yang menjadi persoalan bukan pada sifat atau karakteristik laki-laki dan perempuan tersebut. Melainkan adanya batasan dan aturan dari kedua belah pihak.

Perhatian yang diberikan seorang suami kepada istrinya sudah dipastikan bukan suatu kesalahan, karena itu merupakan ibadah dalam suatu ikatan pernikahan. Yang menjadi masalah adalah ketika tindakan-tindakan  tersebut dilakukan oleh dua orang antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahrom nya.

Dan itu semua sering terjadi di sekitar kita. Bahkan mungkin kita sendiri pernah melakukannya, baik secara sadar atau tidak, sengaja maupun tidak sengaja. Bahkan tindakan-tindakan tersebut sudah biasa dilakukan di khalayak umum  dan menganggapnya sebagai hal yang wajar.

Ketika seorang perempuan mulai membuka perasaannya kepada seseorang yang bukan mahrom nya, maka bersiap-siaplah jika ia pun sebenarnya sedang membuka luka untuk dirinya sendiri.

Kenapa? Karena sesungguhnya perasaan yang sedang ia rasakan itu adalah perasaan yang palsu, perasaan yang bohong, perasaan-perasaan yang dia anggap cinta di awal, sejatinya akan membawanya pada sebuah luka yang begitu dalam di kemudian hari.

Terbukti ketika sudah banyak kasus dan kejadian laki-laki dan perempuan yang berpacaran, banyak di antara mereka yang malah masuk ke dalam lingkaran setan (Maaf). Seperti terjadi pelecehan seksual dan perzinahan, hamil di luar nikah, melakukan aborsi bahkan naudzubillah bisa sampai terjadi pembunuhan karena sakit hati, kecewa, marah dengan berbagai alasan perselingkuhan dan lain sebagainya.

Dari kejadian tersebut, siapa yang paling dirugikan kalau bukan perempuan?

Banyak sekali pemberitaan di televisi jika seorang perempuan depresi karena dilecehkan, seorang ibu yang tega membuang anaknya ke jalanan, seorang ibu yang melakukan aborsi, remaja-remaja perempuan yang bekerja sebagai wanita malam, bahkan sampai ada seorang wanita yang sudah ditemukan tak bernyawa setelah melakukan hubungan terlarang.

Astaghfirullah

Betapa sakit dan mirisnya kita mendengar dan menyaksikan kejadian yang sering terjadi di sekitar kita.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi pada diri seorang perempuan? Apa yang membuat hati dan dirinya rusak?

Jawabannya hanya satu, karena perempuan susah mengendalikan perasaannya. Banyak perempuan yang sudah gagal mengendalikan perasaannya. Sehingga hatinya dengan mudah menerima apapun yang diberikan oleh sekitarnya. Dia tidak memiliki batasan dalam dirinya, hatinya tidak dibentengi oleh perisai-perisai yang harusnya ditancapkan untuk melindungi dirinya dari godaan-godaan tersebut.

Jadi perempuan itu tidaklah mudah, itu kenapa dalam salah satu hadis disebutkan jika mayoritas penghuni neraka adalah perempuan. Karena godaan bagi seorang perempuan sangatlah besar.

Seorang perempuan harus pandai menjaga dirinya. Pandai menjaga ucapannya agar tidak melukai perasaan orang lain, pandai menjaga sikapnya agar tidak merugikan yang lain, dan pandai menjaga kehormatannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Karena sebagian besar wanita itu hancur oleh perasaannya sendiri. Jika ini terus terjadi, jika wanitanya saja lebih dulu hancur dan rusak, lalu bagaimana dengan generasi selanjutnya?

Sedangkan kita butuh generasi-generasi yang bisa membangun peradaban yang lebih baik, generasi yang bisa mengangkat derajat keluarga, agama dan juga negaranya.

Untuk itu, kita sebagai seorang perempuan juga sebagai calon ibu. Sangat penting untuk kita memperdalam ilmu agama, sangat penting untuk kita bisa menjaga perasaan dan pandangan. Menjaga diri dan tahu akan batasan, menjaga akhlak sebagaimana seorang muslimah. Karena kalau bukan dari diri kita yang berubah dan terus belajar menjadi pribadi lebih baik, maka dari siapa lagi?

Yuk, kita sama-sama belajar untuk memperbaiki diri kita. Kita mulai dari diri kita, kita selamatkan diri kita dan orang-orang di sekitar kita, kita lahirkan anak-anak yang baik, sholeh dan sholehah, kita ciptakan generasi-generasi yang bisa merubah peradaban dunia ini jadi lebih maju dan bermoral.

“Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu”

(QS. Al Ahzab: 33)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MEMAHAMI PERMASALAHAN MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI ZAKAT, INFAQ, SHADAQAH, WAKAF DI INDONESIA

PRAKTIK JUAL BELI BUKU BAJAKAN DI MARKETPLACE LAZADA MENURUT TINJAUAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF

MEDIASI DALAM HUKUM SYARIAH